+62 817-4929-054
Operasi Tangan Spastic (Spastisitas)
Sahabat Premier, seperti yang anda tahu, kami memiliki fasilitas Stroke Center yang memang dipersiapkan bagi pasien yang mengalami stroke. Fasilitas ini dilengkapi oleh dokter-dokter ahli dan peralatan dengan teknologi terkini yang berkaitan dengan penanganan atau penatalaksanaan stroke. Salah satu dokter yang siap membantu kondisi pasien pascaserangan stroke adalah dokter ortopedi spesialis tangan. Mengapa tangan? Berikut adalah penjelasan dari dr.Margareta Arianni, Sp.OT (K-Hand)
Berbicara tentang stroke, penyakit yang menyerang otak ini dapat merusak bagian otak yang mengontrol sinyal saraf ke otot. Kondisi tersebut dapat menyebabkan otot menjadi kaku, kencang, dan nyeri, sehingga anda tidak dapat bergerak dengan bebas. Pada saat mengalami serangan stroke, pasien biasanya ditangani oleh dokter spesialis syaraf dan ahli bedah syaraf. pascaoperasi, dokter rehabilitasi dan tim fisioterapis siap membantu pasien memulihkan kondisi mereka yang mengalami gangguan pascastroke. Salah satu gangguan yang terjadi disebut dengan spastisitas,
Spastisitas adalah kaku pada otot, atau kejang otot (menurut KBBI) sehingga bagian tubuh tersebut sulit bergerak dan bertahan pada posisi atau postur tertentu. Pada keadaan normal, otot bisa kontraksi dan relaksasi sesuai perintah dari otak. Bila bagian otak yang mengatur gerakan tersebut rusak, sinyal kontraksi yang di-relay ke otot menjadi tidak beraturan. Akibatnya otot akan berkontraksi terus menerus tanpa relaksasi yang cukup. Salah satu bagian tubuh yang sering mengalami spastisitas adalah anggota gerak atas. Contoh: otot biseps yang spastik membuat siku bertahan dalam posisi menekuk. Bila pasien mencoba meluruskan siku, akan terasa ada hambatan atau tarikan yang membuat siku ingin selalu menekuk. Jari-jari tangan yang spastik akan cenderung mengepal. Pasien sulit mengambil benda karena sulit membuka genggaman telapak tangan.
Hingga kini masih banyak orang, terutama penderita stroke yang tidak mengetahui kalau ada jenis tindakan operasi untuk mengatasi atau mengurangi spastisitas pada lengan/tangan (Spastic Upper Limb Surgery). Meski tidak kembali normal setidaknya tangan/lengan dapat bertambah fungsinya sehingga pasien lebih mudah menjalani berbagai aktivitas yang sebelumnya sulit mereka lakukan.
Setahun Setelah Serangan Stroke
Dalam jajaran dokter yang tergabung di Stroke Center RS Premier Bintaro, Saya berada di urutan paling akhir dalam gejala tatalaksana stroke, karena tim rehabilitasi medik yang memegang peranan paling penting dan boleh dikatakan lini pertama dalam pemulihan pascastroke. Selain itu, spastisitas juga baru timbul beberapa bulan setelah serangan stroke. Operasi tangan baru bisa dilakukan setelah satu tahun, setelah semua gejala menetap.
Perlu diketahui tidak semua penderita stroke mengalami spastisitas, ada penderita stroke yang yang mengalami kelumpuhan tangan/lengan yang bersifat flaccid (lumpuh lemas). Dari beberapa kondisi tersebut, umumnya yang mengalami spastisitas-lah yang membutuhkan operasi. Tipe kelumpuhan yang flaccid tidak menutup kemungkinan operasi; tentu saja evaluasi seksama dibutuhkan untuk menentukan apakah seorang pasien adalah kandidat operasi yang baik.
Tatalaksana Spastisitas Tangan/Lengan Pasca Stroke
Terdapat beberapa tatalaksana atau penanganan terhadap spastisitas lengan/tangan pasca stroke. Tatalaksana lini pertama adalah fisioterapi, kemudian yang kedua adalah dengan suntikan toksin botulinum atau publik mengenalnya dengan nama Botox (merk dagang). Toksin Botulinum adalah racun yang dihasilkan dari bakteri Clostridium Botulinum yang dapat membuat otot lumpuh. Dengan adanya toksin ini di otot, kontraksi otot menjadi berkurang, sehingga spastisitas-pun berkurang.
Apakah aman menggunakan cara ini? Sejauh ini cukup aman, hanya saja biayanya cukup mahal, 1 vial harganya jutaan rupiah, selain itu perlu diulang empat hingga enam bulan sekali dan belum ditanggung oleh JKN. Penting untuk diperhatikan, injeksi toksin botulinum berulang dapat mencetuskan timbulnya antibodi yang malah membuat toksin tersebut berkurang efektivitasnya.
Proses Sebelum Operasi
Pasien yang mempertimbangkan opsi operasi harus dievaluasi dengan seksama oleh dokter untuk mengetahui apakah ada kontraindikasi operasi. Dokter dan pasien harus berkomunikasi dengan baik agar keduanya memiliki persepsi yang sama dalam memprediksi apakah operasi adalah pilihan yang terbaik. Pemeriksaan tidak boleh hanya dalam satu kali pertemuan dengan dokter, karena spastisitas sifatnya dinamis, artinya bisa berubah-ubah seiring waktu berjalan, dan memberat bila ada pencetusnya. Spastisitas dapat dipicu oleh stress, emosi, suara keras, suasana yang ramai dan hiruk pikuk, rasa nyeri, luka dan kondisi medis lainnya.
Bahkan rumah sakit yang ramai dan asing dapat menjadi pencetus spastisitas, apalagi ditambah nyeri lambung saat pasien pertama kali diperiksa, misalnya. Kondisi seperti ini tentu berbeda ketika pasien sudah berada di rumah yang tenang dan membuat dirinya nyaman. Keadaan tersebut akan membuat spastisitas berkurang. Apa yang dia bisa kerjakan di rumah dalam keadaan relaks, belum tentu bisa diperlihatkan di depan dokter yang memeriksa. Disinilah pentingnya bertemu pasien berkali-kali sebelum tindakan operatif.
Nah, Sahabat Premier, dari penjelasan dokter Margareta diatas, dapat diperoleh informasi berharga mengenai metode yang selama ini mungkin belum diketahui oleh masyarakat khususnya penderita stroke. Kami mencoba untuk melayani dengan detail dan menyeluruh, terutama dalam menangani spastisitas pada tangan. Hal ini semata-mata dipersembahkan demi kesehatan pasien yang merupakan prioritas utama kami.
untuk informasi & buat janji temu Dokter silakan menghubungi:
- RSDHealth Careline: 1 500 908
- WhatsApp Chatbot Appointment: +62 8122 2309 911